Rabu, 14 Januari 2015

KERANGKA KONSEPTUAL UNTUK LAPORAN KEUANGAN

KERANGKA KONSEPTUAL UNTUK LAPORAN KEUANGAN

A.                Kebutuhan Akan Kerangka Kerja Konseptual
Kerangka Kerja Konseptual adalah sebuah konsep yang mendasari pelaporan keuangan. Kerangka tersebut merupakan sistem yang saling menghubungkan konsep yang mengalir dari sebuah tujuan pelaporan keuangan seperti mengidentifikasi batas-batas pelaporan keuangan, memilih transaksi, peristiwa, bagaimana itu seharusnya diakui dan diukur, dan bagaimana itu seharusnya disimpulkan dan dilaporkan.
Perlunya kerangka kerja konseptual:
1.      Pembuatan standar seharusnya berlandasan dan berhubungan pada sebuah pendirian serangkaian konsep dan tujuan.
2.      Memungkinkan IASB untuk mengeluarkan pernyataan yang lebih berguna dan konsisten dari waktu ke waktu serta menghasilkan suatu standar yang saling berhubungan.
3.      Tanpa kerangka standar yang jelas ini maka setiap orang akan membangun konsep individu yang berbeda-beda.
4.      Kerangka kerja mampu meningkatkan kemampuan memahami dan kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan
5.      Meningkatkan kemampuan membandingkan laporan keuangan perusahaan
6.      Para profesional mampu memecahkan secara cepat praktik permasalahan yang baru dan mendadak dengan mengacu pada kerangka kerja sebagai teori dasarnya.

B.                 Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual
FASB (Financial Accounting Standard Board) telah menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:
1.      SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”, yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2.      SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
3.      SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
4.      SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of business enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi.
5.      SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC no. 3 dan memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
6.      SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran

C.                Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan dari diadakannya pelaporan keuangan adalah sebagai berikut.
1.      Menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan untuk pengambilan keputusan ekonomi
  1. Disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakainya, walau tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan pemakai tersebut.
  2. Menyajikan informasi keuangan dan tidak diwajibkan menyajikan informasi non keuangan.
  3. Menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) dan pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya.
Kerangka konseptual pelaporan keuangan dibagi ke dalam tiga level yaitu,
1.      First level :  Basic Objective
Menyediakan informasi tentang pelaporan yang berguna untuk potensial investor, dan kreditur dalam membuat keputusan sebagai penyedia modal.
2.      Second level : Fundamental Concept
Menyediakan “bangunan” konseptual yang menjelaskan karakterisik kualitatif  informasi akuntansi dan mendefinisikan elemen laporan keuangan.Level kedua ini merupakan penghubung level pertama “why accounting” (tujuan) dan level ketiga “how accounting” (pengakuan, pengukuran, dan penyajian laporan keuangan).
3.      Third Level : Recognition, Measurement, and Disclosure Concept
            Konsep ini menjelaskan bagaimana perusahaan harus mengakui, mengukur, dan melaporkan elemen finansial dan kegiatannya.

D.                Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyaratan normatif yang diperlukan agar laporan keuangan dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
a.       Relevan
                        Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi dapat dikatakan relevan jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
2.      Memiliki manfaat prediktif (predictive value), Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
3.      Tepat waktu, Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
4.      Lengkap, Informasi akuntansi keuangan disajikan selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Agar informasi yang disajikan dapat relevan maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus didasarkan pada kebutuhan informasi para pengguna laporan keuangan.

b.      Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan dan merugikan pengguna laporan keuangan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
1.      Penyajian Jujur, Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
2.      Dapat Diverifikasi (verifiability), Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
3.      Netralitas, Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
c.       Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan serta membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahannya secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa dilakukan secara konsisten. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Sedangkan perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. Agar informasi yang disajikan dapat dibandingkan maka penyajian laporan keuangan minimal harus disajikan dalam 2 (dua) periode atau 2 (dua) tahun anggaran.
d.      Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dikatakan dapat dipahami jika pengguna mengerti dengan informasi-informasi yang disajikan dan mampu menginterpretasikannya. Hal ini dapat terlihat dari manfaat informasi yang disajikan tersebut terhadap pengambilan keputusan. Untuk itu, penyajian informasi dalam laporan keuangan pemerintah harus menggunakan format/bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

E.                 Elemen Dasar Laporan Keuangan
          Elemen yang secara langsung berhubungan dengan penilaian posisi finansial adalah:
1.      Aset
Sebuah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari peristiwa masa lampau dan memiliki manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan mengalir ke entitas.
2.         Kewajiban
Kemungkinan pengorbanan sumber daya ekonomi yang timbul dari kewajiban saat ini dari entitas tertentu untuk mentranfer aktiva atau menyediakan jasa ke entititas lain di masa depan sebagai hasil dari kegiatan/transaksimasa lalu,
3.         Ekuitas
Keuntungan atas aset suatu entitas yang tersisa setelah dikurangi kewajibannya.
4.         Investasi Pemilik
Peningkatan aset netto karena tranfer dari entitas lain untuk meningkatkan kepentingan kepemilikan atau modal. Aset yang diterima tidak hanya sebagai investasi pemilik tapi juga termasuk jasa  atau konversi dari kewajiban perusahaan.
5.         Distibusi ke Pemilik
Penurunan aset netto dari transfer aset, atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik. Distribusi ke pemilik ini mengurangi kepentingan pemilik atau modal di perusahaan.
6.         Pendapatan Komprehensif
Perubahan ekuitas (aset netto) dari suatu entitas sepanjang satu periode dari transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain dari pemilik. Termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama satu periode kecuali yang dihasilkan dari investasi dari pemilik atau distribusi ke pemilik.
7.         Pendapatan
Aliran masuk dari aset sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban atau kombinasinya selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan hasil operasional perusahaan.
8.         Beban
Aliran keluar dari penggunaan aset, atau muncunya kewajiban atau kombinasi keduanya selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasional perusahaan.
9.         Keuntungan
Peningkatan aset bersih dari transaksi insidental atau sampingan dari suatu entitas dan dari semua transaksi dan kegiatan lain akibat entitas selama satu periode kecuali yang dihasilkan dari pendapatan dan investasi pemilik.
10.     Kerugian
Penurunan aset bersih dari transaksi insidental atau sampingan dari suatu entitas dan dari semua transaksi dan kegiatan lain akibat entitas selama satu periode kecuali yang dihasilkan dari pendapatan dan investasi pemilik.

F.                 Asumsi-Asumsi Dasar Akuntansi
Dalam penyusunan laporan keuangan digunakan lima asumsi dasar akuntansi, yaitu:
1.        Economic Entity
Asumsi ini menjelaskan bahwa kekayaan pemilik harus dipisahkan dengan kekayaan perusahaan. Perusahaan memisahkan kegiatan mereka dari pemilik dan unit bisnis lainnya.
2.        Going Concern
Asumsi ini menjelaskan bahwa entitas didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan untuk mencapai tujuan dan komitmennya.
3.        Monetary Unit
Asumsi ini menjelaskan bahwa transaksi yang terjadi harus dapat diukur dengan satuan uang
4.        Periodicity
Asumsi ini menjelaskan bahwa laporan keuangan dilaporkan dalam suatu jangka waktu tertentu
5.         Accrual Basic
Asumsi ini menjelaskan bahwa segala transaksi yang terjadi harus dicatat saat itu juga.

G.                Penerapan Prinsip Dasar Akuntansi
Untuk mencatat dan melaporkan transaksi ada empat prinsip dasar akuntansi, yaitu:
1.          Pengukuran
Ada dua jenis pengukuran yaitu cost principle, dimana aset dicatat pada saat harga perolehan, dan fair value, yaitu aset dinilai sesuai nilai saat ini yang berlaku. IASB memberikan opsi ke perusahaan untuk menggunakan fair value untuk mengukur aset dan kewajiban finansial.
2.         Pengakuan pendapatan
Pendapatan diakui ketika keuntungan ekonomis mungkin masuk  ke perusahaan dan pengukuran yang reliabel dari jumlah pendapatan dapat diukur. Pengakuan pendapatan ketika direalisasikan dam ketika diterima. Pengakuan pendapatan ketika proses produksi, pada saat selesai produksi dan saat menerima uang tunai.
3.         Pengakuan beban
Pengakuan beban diklasifikasikan sebagai biaya produk, dan biaya periode. Biaya produk yang berhubungan langsung dengan produksi, seperti bahan baku, upah karyawan dan pemeliharaan. Biaya produk berhubungan langsung dengan biaya dan pendapatan, pengakuannya dalam satu periode. Biaya periode, yang tidak berhubungan langsung dengan produksi, seperti gaji karyawan kantor dan biaya administratif lainnya.
4.         Pengungkapan penuh
Segala informasi yang bersangkutan dengan laporan keuangan dan dapat mempengaruhi keputusan harus diungkapkan. Penyediaan informasi melalui laporan keuangan, catatan laporan keuangan, dan informasi supplementary.

H.                Kendala Pelaporan Informasi Akuntansi
Kendala yang terjadi dalam menyusun laporan keuangan adalah sebagai berikut.
1.      Biaya
Biaya menyediakan informasi harus diukur dan dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan dari penggunaan laporan keuangan.Banyak orang mengira bahwa informasi akuntansi itu gratis, mereka salah, karena dalam penyusunan laporan keuangan terdapat biaya yang dikeluarkan agar menjadi informasi yang berguna, misal : nilai aset harus diaudit terlebih dahulu agar nilainya sesuai, biaya yang dikeluarkan untuk membayar auditor menjadi biaya untuk menyusun laporan keuangan, sehingga entitas harus lebih selektif dalam menyusun laporan keuangan, dan tidak sembarangan.
2.      Materialitas
Materialitas merupakan salah saji yang terjadi dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Misal : nilai piutang yang tidak dapat ditagih sebesar 60% dari total penjualan, hal ini tentu saja dapat mempengaruhi pengguna dalam mengambil keputusan.